Monday, January 1, 2024

Dolar AS Tahun 2023 Turun 2%, Kerugian Pertama Sejak Tahun 2020


 

PT Rifan Financindo Berjangka - Dolar AS mengakhiri tahun 2023 dengan kerugian pertamanya sejak tahun 2020 terhadap euro dan sejumlah mata uang lainnya di tengah ekspektasi Federal Reserve AS akan mulai menurunkan suku bunganya tahun depan seiring dengan melambatnya inflasi.

Yang menjadi pertanyaan pada tahun 2024 adalah kapan The Fed akan memulai pemotongan suku bunganya, dan apakah penurunan suku bunga pertama kali dilakukan untuk menghindari pengetatan berlebihan seiring turunnya inflasi, atau karena pertumbuhan ekonomi AS yang melambat dengan cepat.

Dengan pasar yang sudah memperhitungkan pemotongan suku bunga secara agresif, perdebatan juga terfokus pada seberapa besar kemungkinan dolar akan melemah.

Penurunan dolar semakin cepat setelah The Fed mengadopsi nada dovish yang tidak terduga dan memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 75 basis poin pada tahun 2024 pada pertemuan kebijakan bulan Desember.

Pasar memperkirakan pemotongan yang lebih agresif, dengan pengurangan pertama kemungkinan terjadi pada bulan Maret dan pemotongan sebesar 154 basis poin diperkirakan terjadi pada akhir tahun.

Pernyataan The Fed berbeda dengan bank sentral besar lainnya, termasuk Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank of England (BoE), yang menyatakan bahwa mereka akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu lebih lama.

Namun para analis memperkirakan pertumbuhan Eropa sedang mengalami kesulitan dan inflasi turun relatif cepat, sama halnya dengan Inggris dalam banyak hal. Jika ketiga bank sentral melakukan pemotongan, akan sangat sulit bagi dolar untuk melemah secara signifikan.

Terhadap sekeranjang mata uang, dolar AS naik 0,1% pada hari Jumat di 101,36, naik dari level terendah lima bulan di 100,61 yang dicapai pada hari Kamis. Itu mengakhiri tahun dengan turun 2%.

Mata uang euro turun 0,2% menjadi $1,1037, meskipun mencatat kenaikan 3,1% untuk tahun ini, kenaikan positif pertama sejak tahun 2020.

Penurunan dolar AS terjadi karena pasar memperkirakan penurunan suku bunga lebih awal di AS dan kurang yakin bahwa Bank Sentral Eropa (ECB) akan melakukan penurunan suku bunga secepatnya.

Para pembuat kebijakan di ECB dan BoE tidak memberikan sinyal penurunan suku bunga dalam waktu dekat pada pertemuan kebijakan mereka bulan ini, namun para pedagang memperkirakan pemotongan sebesar 161bps oleh ECB tahun depan, dengan kemungkinan dua kali pemotongan pada bulan April. BofE juga diperkirakan akan menurunkan suku bunga sebesar 148bps pada tahun 2024.

Poundsterling sebagian besar tidak berubah pada $1,2729 dan meraih kenaikan tahunan 5,2%, kinerja terbaik sejak 2017.

Dolar membukukan kenaikan 7,59% terhadap yen tahun ini karena mata uang Jepang masih berada di bawah tekanan dari sikap kebijakan moneter ultra-longgar Bank of Japan (BOJ).

Ekspektasi pasar adalah BOJ akan menghentikan suku bunga negatif pada tahun 2024, meskipun bank sentral tetap mempertahankan sikap dovishnya dan hanya memberikan sedikit petunjuk mengenai apakah dan bagaimana skenario tersebut bisa terjadi.

Meskipun demikian, bahkan jika BOJ menaikkan suku bunga ke wilayah positif, suku bunga tersebut akan tetap jauh lebih rendah dibandingkan Amerika Serikat.

Analyst Vibiz Research Center memperkirakan untuk perdagangan selanjutnya, dolar AS akann dibayangi sentimen penurunan suku bunga The Fed tahun 2024 ini. Juga akan mencermati data ekonomi AS, yang jika menguat akan dapat mendorong kenaikan dolar AS. PT Rifan Financindo Berjangka.

Sumber : Vibiznews


No comments:

Post a Comment